Selasa, 27 Januari 2009

Persiapan...(part1)

Hari-hari ini aku ngrasa penat...(bahasanya euuy..baru kali ini pake :p). Aku ga ngira kalau persiapan pernikahan ternyata bener-bener ribet, apalagi kalau acaranya ada di tempat yg jauh dari tempatku berada.



Hari-hari ini aku ngrasa penat...(bahasanya euuy..baru kali ini pake :p). Aku ga ngira kalau persiapan pernikahan ternyata bener-bener ribet, apalagi kalau acaranya ada di tempat yg jauh dari tempatku berada. Banyak macam yang harus disiapkan, dari undangan, gedung, dekorasi, suvenir, kontrakan dan pengantinnya (loh itu kan aku...hehehe promosi boo).

Dimulai penetapan hari...hehe rencananya tahun lalu bulan terakhir..tapi karena aku diterima kerja di tempat yg baru (alhamdulillah), acaranya akhirnya diundur ampe bulan maret tahun ini. Kalau pasangan lain mulai dengan gedung dan dekorasi...kami mulai cari dari suvenir..:p

tahu ga sih, banyak yg bilang di pasar jatinegara kalau buat cari suvenir...jadilah kita kesana..hari minggu, panas-panas naik motor..begitu sampai langsung disambut dengan sumpek dan gerah ala pasar tradisional pada umumnya. Sama sekali tidak ada kemewahan layaknya mall (ya iyalah masa ada cari suvenir di mall...). Setelah keliling di lantai dasar, akhirnya kita nemuin peradaban suvenir..terlepas dari riuh rendah aneka makanan di pasar itu (hmmm mulai aneh nih bahasaku). Setelah keliling 20 kali (lebay neh...) dan lihat kesana kemari, akhirnya dengan tampang ragu dan ga meyakinkan ala marmut keselek kacang, kita sampai di suatu tempat pembuatan suvenir...(ya iyalah..perasaan dari tadi di pemukiman suvenir...ngacoo).

Setelah tawar-menawar, akhirnya disepakati harga, barang, waktu pembuatan, waktu selesai dan kapan mau dipake + kapan mau diambil...lega deh...(at least saat itu leganya). Ehhh lha kok begitu pulang trus jadi ragu...dan yg lebih parah, ortu juga ga sepakat ama tuh suvenir...(hilang deh duit DP). ujung-ujungnya, suvenirnya nyari di jogja...hiks...trus buat apa panas-panas, desek-desekan...lari dikejar banci pasar??


Selengkapnya...

Senin, 01 Desember 2008

The Oxford Murders

Bagi sobat yang menggemari film serius, film ini merupakan film yang layak untuk ditonton. Dibintangi oleh Elijah Wood, TOM menceritakan rangkaian pembunuhan yang didasari pada deret symbol dalam matematika – yang nantinya memiliki arti 1, 2, 3 dan 4.


Bagi sobat yang menggemari film serius, film ini merupakan film yang layak untuk ditonton. Dibintangi oleh Elijah Wood, TOM menceritakan rangkaian pembunuhan yang didasari pada deret symbol dalam matematika – yang nantinya memiliki arti 1, 2, 3 dan 4.

Pembunuhan pertama merupakan pembunuhan yang dilakukan oleh Beth kepada ibunya yang menderita kanker. Oleh pelaku dalam pembunuhan ini, pembunuhan pertama disimbolkan oleh lingkaran kosong. Pembunuhan kedua merupakan pembunuhan yang dilakukan di sebuah rumah sakit dimana korbannya adalah teman dari prof. Seldom (salah satu karakter kuat dalam film ini). Pembunuhan ketiga dilakukan pada sebuah pertunjukan orchestra di halaman Oxford. Sedangkan pembunuhan keempat merupakan pembunuhan di sebuah bis.

Eiits, jangan salah sobat..apa yang saya jabarkan di atas bukan inti dari film ini. Justru inti dari film ini adalah ”pembuktian matematis dan segala bentuk teorinya terkadang tidak tepat untuk diterapkan dalam sebuah masyarakat komunal”. Apa yang sobat lihat dan apa yang sobat pikirkan, tidaklah sama dengan apa yang terjadi sebenarnya.

Sama halnya dengan saya jabarkan, ternyata itu semua adalah sebuah dugaan yang sebenarnya masih sangat dipertanyakan. Selamat menikmati...


Selengkapnya...

Rabu, 19 November 2008

US Bail Out



Ini nih ilustrasi Bail Out di US. Bail out tapi untuk bayar bonus akhir tahun :p




Selengkapnya...

Senin, 17 November 2008

Is Bretton Woods system appropriate to deal with the crisis?

Today, Bretton woods system has become a new issue regarding to G20 concourse in Spain this November. The forum dwelled on how to recuperate economic disease caused by illiquidity in financial sector not only in United States but also in the rest of the world.



Today, Bretton woods system has become new issue regarding G20 concourse in Spain this November. The forum dwelled on how to recuperate economic disease caused by illiquidity in financial sector not only in United States but also in the rest countries in all regions. Bretton Woods II turn out to be an option due to its success in stabilizing the economies following the end of World War II, which cause harsh damage to all countries including European countries and Asian countries.

The Bretton Woods system established a regulation and assisting international financial institution’s nativity such as International Monetary Funds and International Bank for Reconstruction and Development – which later become World Bank. The system obliged the ratified members to maintain its currency in fix values in terms of gold price. In addition, since the principal “Based currency” would be the US Dollar, this meant that all of the other currencies will pegged to US dollar. And the convertibility would be fixed with maximum 1% of parity.

The problem is how to sustain faith on the dollar? It was an agreement that US dollar should link to gold at the rate of $35 per ounce of gold. If other countries or international financial institution is willing to change their dollar to gold, they can exchange on this rate. US dollar was picked as the only currency pegged on Gold price by reason of its strong purchasing power compare with the others even though British’s pound sterling.

As I mentioned before, the system has remarkable success in order to recuperate the economies from its disease. It can be seen from a descent of inflation rate and unemployment rate and also a raise in economic growth. Even though its successive completion, the system caused striking problem. Arbitrage between US dollar and Gold is the main problem that US government should deal with. Furthermore, President Nixon has decided not to peg the currency in term if Gold price anymore in 1971 because it has slaughtered US economy. Since then, Bretton Woods system was ended by US.

Divine to the failure of Bretton Woods system, it raise questions. Is it possible to put into practice the system to annihilate the crisis? Who wants to become a reference country? Can the reference country prevent its currency from an arbitrage action? Is it possible for the country to prevent its currency against speculators? Of course, It’s not an easy answer for the decision maker to make. A Black Monday in British becomes a suitable example to demonstrate that an economy is a fragile system vis-à-vis to speculators. No one can oppose capitalism by their self.

Selengkapnya...

Economic challenges for Indonesian economy

Sobat, pasti sering mendengar berita di media massa bahwa Indonesia dan sebagian besar negara di dunia sedang menghadapi krisis finansial. Banyak pula artikel yang membahas mengenai krisis ini dari sisi yang berbeda-beda. Apakah Indonesia terkena dampaknya?? Pasti, karena Indonesia telah terintegrasi dengan pasar dunia yang notabene cenderung kapitalis. Namun, terlepas dari permasalahan global, masalah apa yang dihadapi oleh Indonesia?


Sobat, pasti sering mendengar berita di media massa bahwa Indonesia dan sebagian besar negara di dunia sedang menghadapi krisis finansial. Banyak pula artikel yang membahas mengenai krisis ini dari sisi yang berbeda-beda. Apakah Indonesia terkena dampaknya?? Pasti, karena Indonesia telah terintegrasi dengan pasar dunia yang notabene cenderung kapitalis. Namun, terlepas dari permasalahan global, masalah apa yang dihadapi oleh Indonesia?

Setidaknya ada dua permasalahan utama yang dihadapi oleh Indonesia, dalam hal ini otoritas moneter dan otoritas pasar modal. Pertama, transaksi saham yang tidak nyata. Transaksi ini dilakukan dengan menjaminkan saham yang telah dimiliki kepada pihak lain. Hasil penjaminan (uang) selanjutnya dibelikan saham yang sama dengan harga yg lebih tinggi. Saham yang diperoleh pun kemudian dijaminkan lagi untuk mendapatkan dana segar kembali. Dengan mekanisme yang berulang seperti itu, harga saham tersebut tentu saja akan meningkat secara drastis. Nah, ketika terjadi krisis finansial di sejumlah negara dengan episentrumnya (pusatnya) di Amerika, penurunan atas harga saham seperti yang saya ceritakan tadi pasti akan sangat tinggi. Coba sobat bayangkan, ketika pihak yang melakukan repo (repurchase agreement) melakukan pembelian tapi tidak ada yang menjual barang karena pihak lain memilih untuk menjualnya di harga yang lebih rendah, di sisi lain, pemilik saham sebenarnya yang memberikan pinjaman meminta agar saham yang menjadi jaminan dilunasi. Akibatnya...yah seperti sekarang..harga saham tersebut jatuh dalam..sangat dalam dan menyeret indeks harga saham gabungan ke level terendah selama 2 tahun terakhir.

Permasalahan kedua adalah permasalahan Bank Indover yang dilikuidasi oleh Bank sentral Belanda. Kebijakan ini sebenarnya memiliki potensi permasalahan lain. Sekarang coba sobat bayangkan, ketika sobat memiliki piutang kepada indover yang notabene dimiliki oleh BI (Indonesia), tentu saja sobat merasakan keamanan atas piutang yang dimiliki donk. Tetapi ternyata, ketika indover bangkrut, duit sobat ga balik. Sebagai investor, sobat pasti ga akan percaya lagi terhadap Indonesia dan (karena pemberi pinjaman kepada Indover juga banyak) hal ini akan menurunkan credit rating Indonesia. Acuannya apa? Pertama, bisa dilihat dari premi Credit Default Swap Indonesia yang saat ini tercatat mencapai 15%, harga SUN denominasi dollar maupun rupiah serta rating Indonesia sendiri.

Ok, itu dari sisi dalam negeri. Terlepas dari itu semua, Indonesia masih harus menghadapi krisis global yang dipicu US. Kalau saya boleh mengutip, total kerugian yang terjadi di US saat ini mencapai US$600 M, sedangkan IMF memprediksi total kerugian bisa mencapai US$1,4Trilliun. Artinya apa? Kalau mengacu pada prediksi IMF, maka krisis masih sangat jauh dari kata “Selesai”. Artinya, perekonomian global pun masih akan megap-megap. Artinya buat Indonesia adalah
1. penurunan nilai ekspor yang mengakibatkan penurunan pendapatan masyarakan (terutama yg bergantung pada sektor tersebut) dan akhirnya menurunkan daya beli.
2. capital outflow karena dana asing yang terdapat di Indonesia mungkin banget ditarik keluar untuk membiayai krisis likuiditas di perbankan US. Pertanyaannya dana asing diparkir dimana ¿ saham, obligasi dan produk keuangan di Indonesia adalah tempat parkir yang enak bagi mereka. Kalau terjadi capital outflow besar2an, maka akan terjadi delevaraging atau penurunan atas produk-produk tersebut.

Lantas apa yang akan terjadi?? Depresi ekonomi menjadi salah satu ancaman bagi Indonesia. Tetapi hal ini mungkin juga tidak akan terjadi apabila sektor riil Indonesia yang terintegrasi dengan perekonomian global lebih mendominasi di Indonesia.

Sobat, apakah Indonesia akan masuk ke dalam depresi?? Saya sendiri tidak bisa menjawab karena tidak ada data akurat :p hehe...tapi saya ada optimisme seperti ini:
1. Kebijakan nilai tukar yang selama bulan Oktober dilakukan oleh BI, cenderung berusaha untuk menahan laju capital outflow dengan menaikan BI rate dan menjamin deposito.
2. untuk meningkatkan produksi, pemerintah mengupayakan program PNPM yang sering diiklankan di media televisi, sedangkan BI melonggarkan GWM perbankan.
3. Pemilu 2009 sudah dekat. Artinya, belanja besar-besaran partai politik setiap lima tahun akan terjadi. Artinya lagi, terjadi shifting dari ekonomi yang ditopang sektor eksportir menjadi ekonomi yang lebih didominasi oleh domestik. Sekedar sobat ingat saja, parpol pasti melakukan pembelajaan atribut parpol hingga melakukan program tertentu yang menguntungkan masyarakat. Yah...dimanfaatkan saja to?!
4. Penurunan harga BBM bersubsidi yang efektif per Desember 2008 termasuk ke BBM Produksi. Tentu saja akan menurunkan biaya produksi.

Tetapi tentu saja, hal ini masih memerlukan kebijakan lain dari pemerintah dan BI sebagai otoritas fiskal dan moneter di Indonesia. Kapan krisis ini berakhir?? Wallahualam. Karena hal ini sangat tergantung pula oleh krisis global. Tapi setidaknya hingga 2009, Indonesia tidak akan dengan mudah masuk ke dalam depresi ekonomi.


Selengkapnya...

Kamis, 13 November 2008

Paul A Volcker

Who do you think the best chairman of The Federal Reserve in 20th century?

I believe most of you will say "Alan Greenspan". But I have different choice, and my choice goes to Paul A Volcker. I still prefer Volcker for some reasons even though Greenspan has become chairman of the Fed for several periods.



Who do you think the best chairman of The Federal Reserve in 20th century?

I believe most of you will say "Alan Greenspan". But I have different choice, and my choice goes to Paul A Volcker. I still prefer Volcker for some reasons even though Greenspan has become chairman of the Fed for several periods.

My reason to choose Volcker is based on hos achievement in solving severe economic problems in the United States. Beneath his supervision, The Federal Reserves has successfully ended the stagflation crisis in the United States during 1970s by limiting the growth of money supply. This decision was very controversial due to government's goal to always stimulate economics growth and to reduce unemployment. Limiting money supply would stem economic growth and it would contradict with governments policy. But Volcker thought that this is the role The Fed should play in the United States' economy.

by that time, he was succeeded in altering the of thinking of all Fed's chairman committee that the Fed's target is no longer interest rate but inflation. Volcker saw that if inflation should be managed properly in order to stabilize the economy and boosting the economic growth.

The harsh stagflation in 1970s was caused by the raise of oil price and give rise to inflation to reached its highest level in history at 13.5% in 1981. The strategy choose by Volcker was succeeded in lowering the inflation to 3.2% in 1983. But unfortunately, after his tremendous achievement he should loosen his "throne" and should abdicate to Greenspan. Some rumors said that he put down his authority because of some contradict thought against the President of United States, Ronald Reagan.

Now a days, he become one of economics adviser to Barrack Obama, who just won the presidential election in United States, along with Warren Buffet.
Selengkapnya...

Black Monday

Are we facing devastating financial crisis ever after the Great Depression? will it become the most severe crisis after the Great Depression in 1929? For some economist, it will be happened to the worldwide economy. The financial system's failure in the United States has led to massive bankruptcy in the financial system, which dominated by investment banking.



Are we facing devastating financial crisis ever after the Great Depression? will it become the most severe crisis after the Great Depression in 1929? For some economist, it will be happened to the worldwide economy. The financial system's failure in the United States has led to massive bankruptcy in the financial system, which dominated by investment banking.

Now, let's take a look back on history, especially in the United States. There were a lot of crises during the 1929 crisis until nowadays. Among those crisis, I found that the most devastating crisis after the Great Depression (once again, its my opinion) was occurred in October 19, 1987. Black Monday (that's what it called), began in Hongkong and widely spread over the world through European market and ended in the United States. At that time, stock price had plunge unfathomable and caused the index dove. The Hangseng Index dove 45.8% followed by Dow Jones Industrial Average which plung until 22.6% in just one day. The crash was also followed by Australia which dove 41.8% and New Zealands fell until 60% by the end of October 1987.


DJIA movement in October 19, 1987

Alan Greenspan, who's become chairman of the Fed, advised the Ministry of Finance, Jim Baker, not to halt the market to give the investor opportunity to escape from the crisis. He thought that if the stock trading being halt for one hour, it will create negative psychological effect towards market player. "No body knows about the futures" Greenspan thought. If trading halt implemented it will caused market panics and worsen the situation.

In order to solve this problem, The Fed carried out two policies to cure this problem. First of all, it was the Fed's obligation to settle down the market. Gary Coringan who's become chairman of the Federal Reserve of New York at that time has taken responsibilities to relaxing the market and ensuring investment banking that the wall street plunge would not harm the entire economy in the long term. It was done by guaranting all deposits in every bank in the United States. Eventually, this policy was aimed to ensure investors that there is enough liquidity in the market.

The second policy was made not only by the Fed itself but also by the Ministry of Finance. The policy decided by the committee between the Fed and the Ministry of Finance was to cut the deficit off. It was taken by the committee because the deficit made by government expenditure could be harming the wall street even worse in the Long term. These policies were not aimed to save only the wall street but also the entire economy.

Finally, in one year after, the economics growth has risen and reaching 2% in 1988. The inflation rate has fallen followed by stable growth in Dow Jones Index.

So, what's gone a be with today financial crisis? Are we facing another severe financial crisis that could harm the entire economy??
Selengkapnya...